Pencegahan Demam Berdarah Melalui Metode Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
telah dikenal di Indonesia sebagai penyakit yang endemis terutama bagi
anak-anak. Di Indonesia DBD timbul sebagai wabah untuk pertama kalinya
di Surabaya pada tahun 1968. Sampai saat ini DBD dilaporkan dari 26
propinsi dan telah menyebar dari daerah perkotaan ke daerah pedesaan dan
selama tahun 1974 sampai 1982 dilaporkan sebanyak 3500-7800 kasus
dengan Case Fatality Rate 3.9%. Penyebab penyakit ini ialah virus Dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty sebagai faktor utama, disamping nyamuk Aedes albopictus.
Wabah penyakit demam berdarah yang
sering terjadi di berbagai daerah di Indonesia di beberapa tahun yang
lalu perlu mendapat perhatian. Begitu pula vektor Aedes aegepty
yang terdapat baik di daerah pedesaan maupun perkotaan memberi risiko
timbulnya wabah penyakit di masa akan datang. Untuk mengatasi masalah
penyakit demam berdarah di Indonesia telah puluhan tahun dilakukan
berbagai upaya pemberantasan vektor, tetapi hasilnya belum optimal.
Kejadian luar biasa (KLB) masih sering terjadi secara teoritis ada empat
cara untuk memutuskan rantai penularan DBD ialah melenyapkan virus,
isolasi penderita, mencegah gigitan nyamuk (vektor) dan penggalian
vektor. Untuk pengendalian vektor dilakukan dengan dua cara yaitu dengan
cara kimia dan pengelolaan lingkungan, salah satunya dengan cara
pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Demam Berdarah Dengue
1. Definisi Demam Berdarah Dengue
Demam berdarah dengue (DBD) adalah
penyakit infeksi yang akut yang disebabkan oleh virus dengue dan
disebarkan oleh nyamuk yaitu nyamuk Aedes aegypti betina.
2. Penyebab Demam Berdarah Dengue
Penyakit DBD disebabkan oleh Virus
Dengue dengan tipe DEN 1, DEN 2, DEN 3 dan DEN 4. Virus tersebut
termausk dalam group B Arthropod borne viruses (ARBOVIRUSES). Keempat
virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia antara
lain Jakarta dan Yogyakarta. Virus yang banyak berkembang di masyarakat
adalah virus dengue dengan tipe satu dan tiga.
3. Gejala
Gejala pada penyakit demam berdarah diawali dengan:
- Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38oC – 40oC).
- Manifestasi pendarahan, dengan bentuk: uji tourniquet positif puspura pendarahan, konjungtiva, epitaksis, melena, dsb.
- Hepatomegali (pembesaran hati)
- Syok, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang, tekanan sitolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
- Trombositopeni, pada hari ke 3-7 ditemukan penurunan trombosit sampai 100.000/mm.
- Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai hematokrit.
- Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai: anoreksia, lemah, mual-mual, muntah, sakit perut, diare, kejang, dan sakit kepala.
- Pendarahan pada hidung dan gusi.
- Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
4. Masa Inkubasi
Masa inkubasi terjadi selama 4-6 hari.
5. Penularan
Penularan DBD terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti / Aedes albopictus
betina yang pada sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya dari
penderita demam berdarah lain. Nyamuk aedes aegypti berasaldari Brasil
dan Etiopia, dan sering menggigit manusia pada waktu pagi dan siang.
Orang yang berisiko terkena demam
berdarah adalah anak-anak yang berusia dibawah 15 tahun, dan sebagian
besar inggal di lingkungan lembab, serta daerah pinggiran kumuh.
Penyakit DBD sering terjadi di daerah tropis, dan muncul pada musim
penghujan. Virus ini kemungkinan muncul akibat pengaruh musim atau alam
serta perilaku manusia.
6. Penyebaran
Kasus penyakit ini pertama kali
ditemukan di Manila, Filipina pada tahun 1953. Kasus di Indonesia
pertama kali dilaporkan terjadi di Surabaya dan Jakarta dengan jumlah
kematian sebanyak 24 orang. Beberapa tahun kemudian penyakit ini
menyebar ke beberapa propinsi si Indonesia, dengan jumlah kasus sebagai
berikut:
- Tahun 1996 : Jumlah kasus 45.548 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 1.234 orang.
- Tahun 1998 : Jumlah kasus 72.133 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 1.414 orang (terjadi ledakan).
- Tahun 1999 : Jumlah kasus 21.134 orang.
- Tahun 2000 : Jumlah kasus 33.443 orang.
- Tahun 2001 : Jumlah kasus 45.904 orang.
- Tahun 2002 : Jumlah kasus 40.377 orang.
- Tahun 2003 : Jumlah kasus 50.131 orang.
- Tahun 2004 : sampai tanggal 5 Maret 2004 jumlah kasus sudah mencapai 26.015 orang, dengan jumlah kematian sebanyak 389 orang.
Pencegahan Demam Berdarah Dengue
Pencegahan penyakit DBD sangat
tergantung pada pengendalian vektornya, yaitu nyamuk aides aegypti.
Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa
metode yang tepat baik secara lingkungan, biologis maupun secara
kimiawi yaitu:
1. Lingkungan
Metode lingkungan untuk mengendalikan
nyamuk tersebut antara lain dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN),
pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan nyamuk
hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
PSN pada dasarnya merupakan
pemberantasan jentik atau mencegah agar nyamuk tidak berkembang tidak
dapat berkembang biak. Pada dasarnya PNS ini dapat dilakukan dengan:
- Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali,. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa perkembangan telur agar berkembang menjadi nyamuk adalah 7-10 hari.
- Menutup rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum, dan tempat air lain dengan tujuan agar nyamuk tidak dapat bertelur pada tempat-tempat tersebut.
- Mengganti air pada vas bunga dan tempat minum burung setidaknya seminggu sekali.
- Membersihkan pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas terutama yang berpotensi menjadi tempat berkembangnya jentik-jentik nyamuk, seperti sampah kaleng, botol pecah, dan ember plastik.
- Munutup lubang-lubang pada pohon terutama pohon bambu dengan menggunakan tanah.
- Membersihkan air yang tergenang di atap rumah serta membersihkan salurannya kembali jika salurannya tersumbat oleh sampah-sampah dari daun.
Pengendalian secara biologis adalah
pengandalian perkambangan nyamuk dan jentiknya dengan menggunakan hewan
atau tumbuhan. seperti memelihara ikan cupang pada kolam atau
menambahkannya dengan bakteri Bt H-14
3. Kimiawi
Pengendalian secara kimiawi merupakan
cara pengandalian serta pembasmian nyamuk serta jentiknya dengan
menggunakan bahan-bahan kimia. Cara pengendalian ini antara lain dengan:
- Pengasapan/fogging dengan menggunakan malathion dan fenthion yang berguna untuk mengurangi kemungkinan penularan Aides aegypti sampai batas tertentu.
- Memberikan bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti gentong air, vas bunga, kolam dan lain-lain.
Cara yang paling mudah namun efektif
dalam mencegah penyakit DBD adalah dengan mengkombinasikan cara-cara
diatas yang sering kita sebut dengan istilah 3M plus yaitu dengan
menutup tempat penampungan air, menguras bak mandi dan tempat
penampungan air sekurang-kurangnya seminggu sekali serta menimbun
sampah-sampah dan lubang-lubang pohon yang berpotensi sebagai tempat
perkembangan jentik-jentik nyamuk. Selain itu juga dapat dilakukan
dengan melakukan tindakan plus seperti memelihara ikan pemakan
jentik-jentik nyamuk, menur larvasida, menggunakan kelambu saat tidur,
memasang kelabu, menyemprot dengan insektisida, menggunakan repellent,
memasang obat nyamuk, memeriksa jentik nyamuk secara berkala serta
tindakan lain yang sesuai dengan kondisi setempat.
Pemberantasan Sarang Nyamuk
PSN merupakan tindakan untuk memutus mata rantai perkembangan nyamuk. Tindakan PSN terdiri atas beberapa kegiatan antara lain:
1. 3 M
3M adalah tindakan yang dilakukan secara
teratur untuk memberantas jentik dan menghindari gigitan nyamuk Demam
Berdarah dengan cara:
- Menguras:
Menguras tempat-tempat penampungan air seperti bak mandi, tempayan, ember, vas bunga, tempat minum burung dan lain-lain seminggu sekali. - Menutup:
Menutup rapat semua tempat penampungan air seperti ember, gentong, drum, dan lain-lain. - Mengubur:
Mengubur semua barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah yang dapat menampung air hujan.
2. Memelihara ikan pemakan jentik-jentik nyamuk
3. Cegah gigitan nyamuk dengan cara:
- Membunuh jentik nyamuk Demam Berdarah di tempat air yang sulit dikuras atau sulit air dengan menaburkan bubuk temephos (abate) atau altosoid 2-3 bulan sekali dengan takaran 1 gram abate untuk 10 liter air atau 2,5 gram altosoid untuk 100 liter air. Abate dapat di peroleh/dibeli di Puskesmas atau di apotek.
- Mengusir nyamuk dengan obat anti nyamuk.
- Mencegah gigitan nyamuk dengan memakai obat nyamuk gosok.
- Memasang kawat kasa di jendela dan di ventilasi
- Tidak membiasakan menggantung pakaian di dalam kamar.
- Gunakan sarung kelambu waktu tidur.
0 komentar:
Posting Komentar